1. SAHABAT MAHBUB JUNAIDI (PERIODE 1960–1967)
Lahir di Jakarta 27 Juli 1933, Ketua Umum PP.PMII
tiga periode, yaitu periode 1960–1961, hasil Musyawarah Mahasiswa
Nahdliyin pada saat PMII pertama kali didirikan di Surabaya Jawa Timur.
Periode 1961-1963, Hasil Kongres I PMII di Tawangmangu Jawa Barat. Dan
Periode 1963-1967, hasil Kongres PMII II di Kaliurang Yogjakarta. Pada
masa kepemimpinan sahabat Mahbub Junaidi inilah PMII secara politis
menjadi sangat populer di dunia kemahasiswaan dan kepemudaan, sampai
pada periode pertama sahabat Zamroni. Pernah menjabat sebagai Ketua Umum
PWI pusat dan pimpinan Redaksi Harian Duta Masyarakat (1965–1967),
ketua dewan kehormatan PWI (1979 – 1983), anggota DPR GR (1967-1971),
Wakil Ketua PB NU (1984-1989), Wakil sekjen DPP PPP, Anggota DPR/MPR RI
(1971-1982), Pencetus “Khittah Plus”, Ketua Majlis Pendidikan Soekarno
dan anggota mustasyar PB NU (1989-1994).
Dalam sejarah republik ini, pernah muncul seorang tokoh aktivis
mahasiswa yang sangat multi talenta,bahkan hampir jarang ditemukan sosok
yang lengkap seperti beliau saat ini, beliau adalah Mahbub Junaidi.
Mahbub adalah seorang tokoh satrawan, jurnalis, organisatoris, agamawan
dan politisi. Dalam hal tulis-menulis Mahbub temasuk sangat piawai pada
masanya.
2. Sahabat Muhammad Zamroni (Periode 1967-1973)
Lahir di Kudus/Jepara Jawa Tengah Tanggal 10 Agustus 1935. Riwayat
Pendidikan: SD Muhammadiyah Kudus (1948), SMP Negeri Kudus (1951), SGHA
Yogjakarta (1955), IAIN Jurusan Pendidikan, Jakarta (1969), Pesantren
Bale Tengahan Kudus, Pesantren Jamsaren Solo, Madrasah Tsanawiyah dan
Aliyah di Kudus dan Solo. Karir: Guru Ilmu Pasti , Agama dan Olah Raga
PGAN Magelang (1955-1958) Asisten Sastra Arab IAIN Syarif Hidayatullah
Ciputat Jakarta (1963-1965), Penata Madya Pegawai Departemen Agama
(1965-1967), Ketua Umum PP PMII dua periode yaitu periode 1967-1970,
hasil kongres PMII III di Malang Jawa Timur.
Dialah satu-satunya tokoh PMII yang terpilih tanpa kehadiran yang
bersangkutan di arena Kongres, karena pada saat itu dia masih berada di
Tokyo Jepang, dalam rangka operasi jari tangan kanan akibat kecalakaan
mobil sewaktu konsolidasi KAMI ke daerah Serang. Kemudian Periode
1970-1973, hasil Kongres IV PMII di Makasar Ujungpandang Sulawesi
Selatan. Pada masa kepemimpinan sahabat Zamroni yang ke dua inilah PMII
menyatakan diri “Independen”, (dicetuskan di MUBES II di Murnajati Lawang Malang 1972).
Dialah penggagas Independensi PMII. Pada masa kepemimpinan sahabat
Zamroni inilah PMII berkembang sangat pesat terutama jika dilihat dari
segi banyaknya Cabang-cabang yang ada, tidak kurang dari 120 cabang yang
hidup diseluruh Indonesia. Suatu prestasi yang belum pernah terjadi
sebelumnya dan sangat sulit terulang kembali hingga sekarang ini.
Menjadi Ketua Persidium KAMI Pusat (mulai pertama dibentuk sampai
bubar), Inilah tokoh PMII, Tokoh Mahasiswa, dan Tokoh Pemuda yang
berhasil menggerakkan Mahasiswa dan Pemuda di seluruh Indonesia
berdemonstrasi turun ke jalan menuntut dan berhasil merontokkan Rezim
Orde Lama. Dialah Figur Tokoh angkatan 66. Dialah tokoh demonstran yang
berhasil menumbangkan suatu rezim. Dialah tokoh paling populer dan
terkenal pada masanya, setelah Soekarno. Tokoh idola yang mampu menjadi
“inspirator gerakan” mahasiswa dan pemuda di seluruh nusantara. Dialah
tokoh yang berani berdemonstrasi dan berdebat berhadap-hadapan secara
langsung dengan Presiden Soekarno.
Pernah menjadi anggota DPR GR/MPRS Fraksi Karya Pembangunan
(1967-1971), DPR/MPR RI Fraksi Partai NU (1971-1977), DPR/MPR RI Fraksi
PPP (1977-1983), Ketua Komisi I DPR RI (1983-1987), dan terakhir sebagai
wakil Ketua Komisi X DPR/MPR RI. penandatangan Deklarasi KNPI (1973),
Ketua I DPP PPP (periode Naro), dan wakil Sekjen PB NU (periode Idham
Chalid).
Drs. HM. Zamroni bin Sarkowi, Berpulang ke Rahmatullah pada dini
hari pukul 03.00 WIB, Hari Senen Tanggal 5 Februari 1996, di RS
Fatmawati Jakarta Selatan karena sakit sesak pernafasan dan stroke yang
diderita sejak lama. Meninggalkan seorang Isteri, 3 (tiga) orang
putra-putri dan 4 (empat) orang cucu. Dimakamkan di Pemakaman Khusus
Tanah Kusir Jakarta.
3. Sahabat Abduh Paddare (Periode 1973-1977)
Lahir di Kampung Rambang Makasar Sulawesi Selatan, Tanggal 27
Desember 1938. Ketua Umum PB. PMII periode 1973-1977, hasil Kongres V
PMII di Ciloto Jawa Barat. Inilah satu-satunya Kongres PMII yang tidak
berhasil memilih Ketua Umum. Pemilihan pengurus dilanjutkan di Wisma
Angkatan Laut (di belakang Hotel Borobudur Jakarta) selama dua malam,
belum juga berhasil. Akhirnya acara pemilihan pengurus itu dilanjutkan
di Kantor PB NU. Sahabat Abduh terpilih sebagai ketua umum PB.PMII untuk periode 1973-1977 setelah bersaing dengan sahabat Amdir Thahir.
Dil disebut sebagai Ketua Umum PB PMII yang paling dilematis dalam
perjalanan sejarah PMII, karena dia termasuk salah satu tokoh PMII yang
tidak setuju dengan “Independensi PMII” sehingga dia tidak mau hadir
pada acara MUBES II PMII di Murnajati Lawang Malang, yang melahirkan
“Deklarasi Independensi PMII”, tapi di sisi lain dia harus mengemban
amanat “Independensi PMII” sebagai amanat Kongres V PMII di Ciloto Jawa
Barat.
Bersama-sama dengan Zamroni ia juga sebagai penandatangan Deklarasi
Berdirinya KNPI (1973), menggabungkan PMII menjadi anggota Kelompok
Cipayung (1974), menjadi anggota MPR (1977-1982), DPR/MPR RI
(1983-1987), Anggota MPR (1992-1997), Ketua Forum Komunikasi dan
Silaturrahmi Alumni (FOKSIKA) PMII (1988-1991), Wakil Sekjen DPP PPP
(1994-1999) dan Pegawai Negeri Sipil Departemen Agama RI. Alumnus
Sarjana Muda Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, dan Sarjana
Lengkap di IAIN Jakarta.
4.Sahabat Ahmad Bagja (Periode 1977-1981)
Lahir di Kuningan Jawa Barat 1945, pernah menjadi Ketua Umum Dewan
Mahasswa IKIP Jakarta, dan Ketua Badan Koordinasi Senat-senat Mahasiswa
IKIP se Indonesia (1970), Ketua Umum PB PMII periode 1977-1981) Wakil
Sekjen PB NU (1984-1989 dan 1989-1994), Sekjen PB NU pada periode
kepengurusan Gus Dur yang kedua, tokoh sentral yang paling berpengaruh
dalam Kelompok Cipayung. Pada masanya Kelompok Cipayung benar-benar
menjadi kelompok sosial kontrol yang kritis dan berani. Terpilih sebagai
Ketua FOKSIKA menggantikan Abduh Paddare, setelah menang bersaing
dengan Burhanuddin Abdullah (Gubernur BI).
5.Sahabat Muhyidin Arubusman (Periode 1981-1985)
Lahir di Ende Flores Nusa Tenggara Timur, 24 April 1951 (cucu Raja
Flores), Ketua Umum PB PMII periode 1981-1985, pernah dua periode duduk
sebagai ketua DPP KNPI, yaitu periode 1984-1987 dan 1987-1990. Sekjen
DPP AMII (Angkatan Muda Islam Indonesia). Ketua Majelis Pembina Nasional
PB PMII periode 2005-2007, dan Sekretaris Dewan Syura DPP PKB.
6.Sahabat Suryadharma Ali (Periode 1985-1988)
Lahir di Jakarta, Ketua Umum PB PMII periode 1985-1988 dari hasil
Kongres VIII PMII di Bandung Jawa Barat. Ia terpilih setelah bersaing
ketat dengan Iqbal Assegaf, dengan selisih sangat tipis, hanya satu
suara.Asisten Direktur Hero Supermarket, Wakil Sekjen Asosiasi pedagang,
Pengicer dan pertokoan Indonesia (AP3I), Dewan Pembina PP GP ANSOR,
Anggota DPR/MPR RI Fraksi PPP (1999-2004), Menteri Koperasi dan UKM
(2004-2009), Ketua Umum PPP Periode 2007-2011.
7. Sahabat Muhammad Iqbal Assegaf (Periode 1988-1991)
Lahir di Labuha Maluku pada 12 Oktober 1958, Riwayat Pendidikan: SD
Islamiyah I Ternate (1971), Madrasah Ibtidaiyah Al-Khairat (1972), SMP
Negeri Ternate (1974), SMA Negeri Ternate (1977), Fakultas Kedokteran
Hewan IPB (1983), Institut Of Management IEU Jakarta (1993). Pengalaman
Organisasi: Ketua Umum OSIS SMP Negeri Ternate (1972-1973), Ketua Umum
OSIS SMP Negeri Ternate (1976-1977), Ketua Badan Kerohanian Islam
Keluarga Mahasiswa IPB Bogor (1979-1981), Sekjen Badan Perwakilan
Mahasiswa Fak. Kedokteran Hewan IPB Bogor (1982-1984), Sekjen Majlis
Permusyawaratan Mahasiswa IPB Bogor (1982-1984), Ketua Umum PMII Cabang
Bogor (1981-1983), Ketua Umum PB PMII periode 1988-1991, hasil Kongres
IX PMII di Asrama Haji Surabaya Jawa Timur, dia menduduki jabatan
sebagai Ketua Umum PB PMII setelah berhasil menang dengan suara mutlak
dari saingannya Syaifullah Maksum.
Setelah melepas jabatan sebagai Ketua Umum PB PMII, ia langsung
menjadi Ketua Dewan Pembina PB PMII pada periode berikutnya, 1991-1994.
Ini baru pertama kali terjadi dalam organisasi PMII. Wakil Ketua Majlis
Pemuda Indonesia (1987-1990), Anggota Pengurus Group Diskusi Nasional
(GDN) Kosgoro (1992-1994), Anggota Pokja Hankam DPP Golkar (1988-193).
Ia adalah tokoh PMII yang pernah menawarkan sesuatu yang dianggap baru
dalam lingkungan dunia kepemudaan di Indonesia melalui proses “debat
langsung” para kandidat Ketua Umum DPP KNPI tahun 1993.
Meski akhirnya ia dikhianati oleh kadernya sendiri, Ketua Umum PB
PMII saat itu (Ali Masykur Musa) dengan tidak mendukungnya dan
meninggalkan di tengah perjalanan, bahkan Ali Masykur berpaling
mendukung calon dari Kosgoro, Maulana Isman, padahal beberapa hari
sebelumnya PB PMII secara resmi mengumumkan secara terbuka kepada pers,
bahwa PMII mencalonkan Iqbal Assegaf sebagai calon Ketua Umum DPP KNPI,
tetapi sebagai kader PMII yang memiliki prinsip dan keyakinan tinggi,
Iqbal jalan terus memperjuangkan nilai dan keyakinannya itu.
Iqbal adalah Ketua Umum PB PMII yang relatif dianggap paling sukses
memimpin dan membesarkan PMII, setelah Mahbub dan Zamroni. Ia pernah
bersikap sangat tegas menolak gagasan dan saran sebagian tokoh dan
kiai-kiai NU yang menginginkan agar PMII kembali “Dependen dengan NU”.
Sikap tegas itu ia tunjukkan dengan mengeluarkan keputusan “Penegasan
Cibogo”. Sehubungan dengan itu, ia pernah megeluarkan statemen “PMII
dengan rendah hati siap menerima pendapat, gagasan, dan saran, bahkan
kritik dari siapapun, tetapi keputusan tetap berada di tangan PMII”.
Itulah cermin dari sikap seorang pemimpin yang independen.
Direktur Utama PT Shahanaz Swamandiri, ketua Tim Asistensi
Departemen Pemenangan Pemilu DPP Golkar dan wakil ketua POKJA
Depnaker-Rabithatul Ma’ahid Islamiah (RMI), Ketua Umum PP GP ANSOR,
menggantikan Slamet Effendy Yusuf. Ia terpilih sebagai Ketua Umum pada
Kongres GP ANSOR setelah bersaing ketat dengan Khoirul Anam (Ketua GP
ANSOR Jawa Timur) yang konon mendapat restu dan dukungan dari Gus Dur
(Ketua umum PB NU) Ia berhasil menembus peraturan yang mensyaratkan
seorang calon ketua harus pernah menjadi pengurus GP ANSOR setidaknya
satu periode kepengurusan. Ia berhasil meyakinkan peserta kongres untuk
mengesampingkan peraturan tersebut, bahkan ia sukses menafikan pengaruh
Gus Dur di Arena Kongres tersebut. Drh. Muhammad Iqbal Assegaf,
meninggal pada hari… tanggal… 1999, kerena kecelakaan Mobil di Jalan
Tol…. Menuju kearah Tangjung Priok. Meninggalkan seorang isteri dan 3
orang anak.
8. Sahabat Ali Masykur Musa (Periode 1991-1994)
Lahir di Tulung Agung Jawa Timur dan menjadi Ketua Umum PB PMII
periode 1991-1994, dari hasil Kongres X PMII di Asrama Haji Pondok Gede
Jakarta, dengan tema, “Demokrasi, Keadilan Sosial dan Pembangunan
Masyarakat Religius.” Ia terpilih setelah bersaing ketat dengan kandidat
lainnya yaitu Endin AJ Sofihara, Idrus Marham Putra dan Fajrul Falah
(yang terakhir ini gugur pada tahap pencalonan) Angota DPR / MPR RI dari
Fraksi PKB, Ketua Fraksi PKB DPR (1999-2004), anggota DPR / MPR RI
(2004-2009), peraih suara terbanyak untuk semua calon-calon anggota
legeslatif tingkat pusat dari daerah pemilihan Jawa Timur, Ketua DPP PKB
(1999-2004) dan Wakil Ketua Umum DPP PKB hasil Kongres PKB Semarang
(2004-2009). Ketua GM Kosgoro (…) dll
9. Sahabat Muhaimin Iskandar (Periode 1994-1997)
Lahir di Jombang Jawa Timur 1966, Pernah terjun dalam dunia
Jurnalistik pada Tabloit DeTik. Alimni Fisipol UGM Yogjakarta. Ketua
Umum PB PMII periode 1994-1997, hasil Kongres XI PMII di Kutai
Kertanegara Kalimantan, dengan tema, “Moralitas, Pemberdayaan Masyarakat
dan Integrasi Nasional.” Karir politiknya: Anggota DPR/MPR RI Fraksi
PKB (1999-2004), Ketua Fraksi PKB DPR RI (1999-2004), Wakil Ketua DPR RI
dari Fraksi PKB (menggantikan posisi Dra. Khofifah Indarparawansa yang
diangkat sebagai Mentri Negara Pemberdayaan Perempuan pada masa Kabinet
Presiden Abdurrahman Wahid) Wakil Ketua DPR RI dari Fraksi PKB
(1999-2004), Sekjen DPP PKB (1998-2003) pada masa kepemimpinan Matori
Abdul Jalil, Ketua DPP PKB (…), Sekjen DPP PKB lagi menggantikan posisi
Syaifullah Yusuf yang diangkat sebagai Menteri Pemberdayaan Daerah
Tertinggal pada Kabinet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ketua Umum
DPP PKB hasil Muktamar PKB di Semarang Jawa Tengah (2005-2010).
10. Sahabat Syaiful Bahri Anshori (Periode 1997-2000)
Lahir di …. Ketua Umum PB PMII periode 1997-2000, hasil Kongres XII
PMII di Asrama Haji Sukolilo Surabaya Jawa Timur, 1-5 Desember 1997,
dengan tema, “Revitalisasi Tradisi, Pengokohan Demokrasi dan Pemandirian
Masyarakat Menghadapai Tantangan Global.” Pada Kongres kali inilah
mulai muncul gejala anarkhi dari peserta kongres, seperti baku hantam
dan saling lempar kursi. Ia terpilih sebagai Ketua Umum PB PMII setelah
bersaing dengan sahabat Chatibul Umam Wirano, Munawar Fuad Noeh.
11. Sahabat Nusron Wahid (Periode 2000-2003)
Lahir di Jepara Jawa Tengah, Ketua Umum PB PMII periode 2000-2003,
hasil Kongres XIII PMII di Medan Sumatra Utara. Anggota DPR/MPR RI dari
Fraksi Golkar (2004-2009) dari daerah pemilihan Jawa Tengah. Sekretaris
Majelis Pembina Nasional PB PMII Periode 2005-2007.
12. Sahabat A Malik Haramain (Periode 2003-2005)
Lahir di Probolinggo Jawa Timur, 3 Mei 1972. Pendidikan dasar di
tempuh di MI Ihya’ul Islam, MTs Roudlotut Tholibin di Probolinggo.
Sambil nyantri di PP. Roudlotut Tholibin, melanjutkan pendidikan di SMAN
3 Probolinggo.Kemudian melanjutkan studi ke Universitas Merdeka Malang
(Unmer) Lulus tahun 1977, selama menjadi mahasiswa ia juga nyantri di
PP. Miftahul Huda Gading Malang. Studi program S2 di UI Jakarta dan
lulus tahun 2003.
Karir Organisasi dimulai sebagai Ketua Departemen Penalaran Senat
Mahasiswa Fisipol Unmer Malang. Aktif di PMII di mulai sejak tahun 1993
sebagai Ketua Komisariat PMII Unmer Malang, Ketua Bidang II PMII Cabang
Malang (1995), Ketua Umum PMII Cabang Malang (1996), Wakil Sekjen PB
PMII (1997-2000),Ketua Umum PB PMII Periode 2003-2005, hasil Kongres XIV
PMII di Kutai Kertanegara Kalimantan.
Selain itu ia juga pernah aktif dan dipercaya menjadi koordinator
kajian di Pusat Studi dan Pengembangan Kebudayaan (PUSPeK) Averroes
(Averroes Community). Buku-buku yang pernah ditulis antara lain:
Mengawal Transisi, Refleksi atas Pemantauan Pemilu 1999 (Jakarta 1999),
PMII di Singpang Jalan, Pustaka Pelajar (Yogjakarta 1999) Menjadi
Kontributor tulisan: Pemikiran-pemikiran Revolusioner Antonio Gramci
Be(rtanya)lajar lagi pada kesalahan Karl Marx (Averroes Press dan
Pustaka Pelajar 2000). Politik Indonesia dalam Masa Transisi (Upaya
Menuju Sistem Politik Demokratis). Oposisi, Upaya Mengawal Transisi,
Aktivisme Politik Islam dalam Babakan Politik Indonesia. Gus Dus,
Militer dan Politik (LKiS Yogjakarta). Neraca Gus Dur di Panggung
Kekuasaan, Lakpesdam (Jakarta 2002), Sketsa Pergerakan: Kritik-Otokritik
Gerakan PMII, (Fajar Pustaka 2003), Saat ini ia menjadi staf ahli
Komisi I DPR RI dan menjadi staf pengajar di Pascasarjana UI untuk
program studi Kajian Timur Tengah dan Islam.
Buku-buku yang pernah diterbitkan PB PMII pada periode ini antara
lain: PMII dalam Simpul-simpul Sejarah Perjuangan; PMII 1960-1985
Untukmu Satu Tanah Airku, Untukmu Satu Keyakinanku; Menuju Karifan
Bernegara; Kilas Balik Perjuangan Zamroni. Pada periode inilah PB PMII
mempunyai kantor sekretariat sendiri secara permanen.
13. Sahabat Herry Ayuma (Periode 2005-2007)
Lahir di Trenggalek Jawa Timur, Ketua Umum PB PMII Periode 2005-2007, dari hasil Kongres XV PMII di Bogor Jawa Barat.
14. Muhammad Rodli Kaelani (2008-2011)
Lahir di Manado 1 April 1978. Saat ini menjadi ketua PANDU Indonesia, sayap muda PAN.
15. Addin Jauharuddin (2011-2013)
Adin Jauharudin akhirnya terpilih menjadi Ketua Umum PB PMII periode 2011-2013 dengan perolehan 90 suara dari 221 suara yang diperebutkan. Pemilihan berlangsung dua putaran dan pada putaran pertama hanya mengantongi 66 suara. Dia tertinggal dari Mahbub Zaki yang 81 suara, tapi kandas di putaran kedua dengan hanya memperoleh 47 suara dan Dwi Satya Afriza yang memperoleh 50 suara.
Sesaat setelah terpilih pada Kamis (17/3) malam Adin menyampaikan ‘Pidato Iftitah’ kepemimpinannya sebagai Ketua Umum PB PMII periode 2011-2013. Dia disambut meriah dengan gegap-gempita pendukungnya mengiringi setiap kata-kata yang dia sampaikan kepada seluruh PC PMII se-Indonesia.
Dalam sambutannya, Adin mengajak seluruh kader untuk bergerak secara masif, agar PMII mampu menjadi pemimpin bagi gerakan sosial. PMII harus bisa menjadi motor penggerak perubahan. “Saya akan mengajak sahabat-sahabat kandidat untuk membangun koalisi yang kuat. Koalisi yang berbasis kompetensi, intelektualitas, dan proporsionalitas wakil daerah,” katanya optimis.
Selain itu Adin akan mempersiapkan komposisi kabinetnya dan merapihkan struktur organisasi dalam 3 bulan pertama kepemimpinannya. Harapannya, PMII benar-benar siap, untuk menjadi motor penggerak perubahan.
“Saya berharap, tiga bulan pertama, PMII telah siap untuk saya pimpin menjadi pemecah kebuntuan gerakan sosial. Sahabat-sahabat semua akan saya pimpin untuk bergerak dan memberikan ruh bagi gerakan sosial yang lain,” tandas Adin yang disambut tepuk tangan peserta kongres.
Yang pasti dia terkejut bisa menang melawan kandidat-kandidat yang notabenenya tokoh-tokoh PMII. “Saya tidak percaya bisa menang dalam kongres ini. Saya sampaikan terimakasih kepada sahabat-sahabat yang dengan kukuh mempertahankan pendirian untuk memilih saya,” ujarnya berterima kasih pada pendukungnya
16. Aminudin Makruf (2014-2016)
Jakarta, NU Online
Aminuddin Ma’ruf
terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia periode 2014-2016 pada Kongres Jambi yang berlangsung 30 Mei
sampai 10 Juni 2014. Amin, kader PMII yang diusung Cabang Jakarta Timur tersebut menyelesaikan S1 di Universitas Negeri Jakarta dan melanjutkan S2 di Universitas Trisakti. Di PB PMII sebelumnya ia dipercaya sebagai Ketua Biro Pemberdayaan Ekonomi.
Salah seorang pengurus PB PMII, Abdul Malik, menceritakan proses pemilihan di kongres tersebut. Menurut dia, awalnya yang mencalonkan diri menjadi ketua umum sekitar 15 orang. Setelah beberapa calon mengundurkan diri, 5 kandidat maju pada putaran pertama.
Kata Malik, pada putaran pertama itu Muammarullah Umam mendapat 51 suara, Aminuddin Ma’ruf 38, Abdul Aziz 7, Zaini Mustakim 41, Jabidi Ritonga 35, Miftahul Aziz 45. Sementara pada putaran kedua Aminuddin 102, Muammarullah Umam 74, Miftahul Aziz 64.
“Aminuddin terpilih secara demokratis pada kongres tersebut,” kata Abdul Malik melalui telpon Selasa (10/6). (Abdullah Alawi)
Sumber : http://pmiigadjahmada.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar